Jumat, 22 Juni 2018

Renungan hari ini: SEGAMBAR DENGAN ALLAH

Renungan hari ini: 

SEGAMBAR DENGAN ALLAH


Kejadian 1:26 (TB) Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi" 

Genesis 1:26 (NRSV) Then God said, "Let us make humankind in our image, according to our likeness; and let them have dominion over the fish of the sea, and over the birds of the air, and over the cattle, and over all the wild animals of the earth, and over every creeping thing that creeps upon the earth” 

Kata “segambar” di dalam bahasa Ibrani adalah “tselem”,yang artinya mirip wujud dan kemampuannya. Diterjemahkan juga sebagai bayangan. Sedangkan kata “serupa” diambil dari bahasa Ibrani “damah” yang artinya mirip dalam tingkah laku, kepribadian, dan karakter. Sehebat inilah manusia saat pertama kali diciptakan oleh TUHAN. Namun, seperti kita ketahui, manusia jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan TUHAN (Rm. 3:23).

Memiliki “gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang paling sederhana, berarti manusia dibuat menyerupai Allah.  Adam tidak serupa dengan Allah dalam arti memiliki darah dan daging. Alkitab berkata bahwa “Allah itu Roh” (Yoh. 4:24) dan karena itu memiliki keberadaan tanpa tubuh. Namun, tubuh Adam mencerminkan hidup Allah karena diciptakan dengan kesehatan yang sempurna dan tidak tunduk kepada kematian.

Gambar Allah menunjuk pada bagian non-material dari manusia. Hal ini membedakan manusia dari binatang dan memampukan manusia mengemban “kekuasaan,” sebagaimana direncanakan Allah (Kej. 1:28), dan memampukan manusia berkomunikasi dengan Pencipta-Nya. Keserupaan ini termasuk dalam hal mental, moral dan sosial.  

Apa makna manusia segambar dengan Allah?

Pertama, secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan berkehendak – dengan kata lain, manusia dapat menggunakan pikirannya dan bisa memilih. Ini adalah refleksi dari akal budi dan kebebasan Allah.  

Kedua, secara moral, manusia diciptakan dalam kebenaran dan kepolosan yang sempurna, suatu refleksi dari kesucian Allah. Allah melihat semua yang diciptakan-Nya (termasuk manusia) dan mengatakan, “sangat baik” (Kej. 1:31). Hati nurani kita atau “kompas moral” itu sisa dari keadaan yang asli itu.  Ketika seseorang menaati hukum, berbalik dari kejahatan, memuji kelakuan baik, atau merasa bersalah, orang itu meneguhkan fakta bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah. 

Ketiga, secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu. Hal ini mencerminkan ketritunggalan Allah dan kasih-Nya. Di taman Eden, relasi manusia yang terutama itu dengan Allah (Kej. 3:8 menyiratkan persekutuan dengan Allah), dan Allah menciptakan perempuan pertama karena "tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kej. 2:18). 

Setiap kali seseorang menikah, berteman, memeluk anak kecil, mengikuti kebaktian, dia menyatakan bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah. Karena diciptakan menurut gambar Allah, Adam memiliki kebebasan untuk memilih. Meskipun dia diberikan pribadi yang suci, Adam memilih berdosa dan memberontak melawan Pencipta-Nya. Dengan berbuat demikian, dia mencemarkan gambar Allah yang ada dalam diri-Nya, dan mewariskan keserupaan yang rusak itu pada semua keturunannya, termasuk kita (Rm. 5:12). 

Saat ini, kita masih memiliki gambar Allah (Yak. 3:9), namun harus menanggung bekas-bekas dosa. Secara mental, moral, sosial dan fisik, kita memperlihatkan efek-efek dari dosa. Kabar baiknya, ketika Allah menebus seseorang, Dia mulai memulihkan gambar Allah yang asli itu, menciptakan “manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:24; Kol. 3:10). Karena itu, banggalah menjadi segambar dan serupa dengan Allah sebab di dalam dirikita ada Allah yang akan memberkati kita. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA I Minggu, 19 Mei 2024 “KUASA ROH KUDUS YANG MEMPERSEKUTUKAN” (Kisah 2:1-13)

  KOTBAH MINGGU PENTAKOSTA I  Minggu, 19 Mei 2024   “KUASA ROH KUDUS YANG MEMPERSEKUTUKAN” Kotbah: Kisah 2:1-13   Bacaan: Kejadian 41:37-42 ...